Welcome to My Blog :D

Kamis, 17 Mei 2012


BAB VII
ANALISA DAN PERANCANGAN KONTROL DAN DISPLAY YANG ERGONOMIS


A. PENDAHULUAN
Sasaran pembelajaran:
-          Mampu memilih, merancang control yang sesuai dengan kegunaannya
-          Mampu merancang display yang ergonomis

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), control and display, dan lain-lain

B. CONTROL

Controlsdisebut “ penggerak” dalam standar ISO, mengirim input ke bagian dari peralatan.Kontrol adalah alat (mekanik, elektromekanik) yang mengkonversikan output dari manusia menjadi input bagi mesin. Variasi kontrol antara lain tombol, panel dan sebagainya. Karakteristik penting dari kontrol bergantung dari penggunaannya. 2 respon (on-off), beberapa nilai yang kontinyu (pengaturan frekuensi pada radio), dan sebagainya.

Mereka pada umumnya dioperasikan dengan tangan atau kaki. Hasil dari kontrol input ditunjukkan ke operator manapun yang berkaitan dengan displays atau indikator atau oleh tindakan selanjutnya dari mesin itu.
Sejarah perancangan control dimulai pada tahun 1940-1950. Pada masa itu sering disebut “era tombol dan angka” dalam kehidupan engineering karena banyak penelitian yang telah dilakukan dalam control dan displays. Pada tahap selanjutnya dirasakan perlunya standardisasi tombol dan angka, misalnya dengan ISO standars. Kemudian perancangan control mulai banyak mendapat perhatian khusus terutama pada penggunaan dalam militer dan industry, seperti penerapan standar MIL STD 1472, HDBK 759, SAE J 1138, 1139, dan 1048 HFS/ANSI 100 sudah menetapkan petunjuk rancangan dengan terperinci. Beberapa penelitian tentang perancangan control dan display diantaranya adalah Cott Van dan Kinkade (1972), Woodson ( 1981), dan Mc Cormick dan Sanders ( 1987). Selama bertahun-tahun kontrol merupakan subjek yang diteliti sehubungan dengan mengidentifikasi karakteristik yang membantu pengguna mencapai waktu minimal pada  tugas kontrol dengan sedikit usaha dan kesalahan.

Sanders dan McCormick (1987) mencirikan tindakan control sebagai berikut :
l  Mengaktifkan atau mematikan peralatan, seperti dengan mengunci ON-OFF
l  Membuat suatu “pengaturan terpisah” seperti pembuatan pemisah atau penyesuain terpisah seperti pemilihan suatu saluran TV
l  Membuat suatu “pengaturan yang kuantitatif” suatu suhu atas alat pengatur panas ( ini kasus khusus dari pengaturan terpisah)
l  Menggunakan “pengendalian yang berlanjut” seperti kemudi suatu mobil
l  “masuk data” seperti pada keyboard komputer.

Beberapa hal berikut adalah alasan mengapa control perlu dirancang dengan baik:
n  Disesuaikan dengan ergonomi tubuh manusia/operator yang mengoperasikan control tersebut,
n  Meminimasi terjadinya human error dalam pengoperasian control
n  Meminimasi resiko terjadinya kecelakaan kerja
n  Meminimasi keluhan pemakaian alat
n  Agar efektif dan efisien dalam pengoperasian control
n  Alasan waktu dan dana

Sekumpulan kontrol harus dikelompokkan secara logika agar dapat diakses dengan cepat oleh user. Mungkin hal ini tidak kelihatan terlalu kritis jika aplikasinya sederhana seperti sebuah spreadsheet, namun akan menjadi vital jika digunakan misalnya pada aplikasi kendali pabrik, penerbangan dan pengatur lalu lintas udara. Penempatan kontrol dan display yang tidak tepat akan mengakibatkan inefisiensi dan frustasi bagi user terutama jika user berada dalam tekanan yang besar dan dihadapkan pada sekumpulan kontrol dan display dalam jumlah yang banyak.
Pengorganisasian kontrol dan display bergantung pada domain dan aplikasi yang dibuat, namun hal-hal yang perlu diperhatikan harus meliputi apek-aspek berikut:
n  Aspek fungsional : kontrol diatur sedemikian rupa sehingga terhubung secara fungsional antara satu dengan lainnya.
n  Aspek sekuensial: kontrol dan display diorganisasikan dengan menunjukkan urutan penggunaannya pada aplikasi tertentu. Hal ini terutama pada domain yang pengerjaan tugasnya secara berurutan, misalnya pada area penerbangan (aviation).
n  Aspek frekuensi: kontrol dan display ditempatkan sesuai dengan frekuensi penggunaannya, dengan fungsi yang paling sering digunakan diletakkan pada lokasi yang mudah diakses. Selain pengaturan kontrol dan display yang saling terkait satu dengan lainnya, keseluruhan interface sistem harus diatur sedemikian rupa sehingga tepat dengan posisi user.

Sesuai dengan kegunaan fungsionalnya, perancangan control harus mengikuti prinsip-prinsip berikut:
l  jenis control serupa dengan pengalaman yang lazim dilakukan
l  Ukuran control dan karakteristik gerakan serupa dengan pengalaman yang lazim dilakukan.
l  Arah dari operasi control sesuai dengan arah pergerakan mesin
l  Operasi yang menuntut control yang bagus dan kekuatan kecil akan dilaksanakan dengan tangan, dan kekuatan besar pada umumnya dengan kaki.
l  Control akan “aman” jika tidak dioperasikan dengan tidak hati-hati atau dioperasikan dengan salah atau dengan cara yang berlebihan.


Control Actuation Force Or Torque
Kekuatan atau tenaga putaran yang diterapkan oleh operator untuk penggiatan dari control harus dijaga serendah mungkin, terutama jika control harus sering dioperasikan.

Control-Effect Relationships
Hubungan antara control dan efek harus dibuat melalui akal sehat, penggunaan kebiasaan, persamaan, kedekatan dan pengelompokan, persandian, label, dan teknik lainnya yang pantas.

Pengaturan dan pengelompokan dari control
l  Locate for The Ease  of Operation( menempatkan untuk kemudahan dari operasi )
l  Primary Controls First ( control primer yang pertama )
l  Group Related Controls Together (kelompok kontrol yang terkait dengan fungsi yang sama dikelompokkan bersama-sama)
l  Arrange for Sequential Operation ( menyusun untuk operasi percontohan)
l  Be Consistent
l  Dead-Man Control
l  Guard Against Accidental Activation ( menjaga terhadap pengaktifan yang kebetulan )
l  Pack Tightly But Do Not Crowd ( kemasan yang padat tetapi tidak berkerumun )

Karakteristik Control
-          Kode control
Tujuan dari pengokodean pada control adalah agar lebih mudah diidentifikasi dengan hasil yang akurat dan operasi yang cepat. Kode control yang tepat juga dapat mengurangi waktu latihan. 6 hal umum yang digunakan dalam metode pengkodean adalah label, warna, lokasi, bentuk, ukuran dan tekstur.

a.    Metode pengkodean yang termudah adalah pelabelan. Desain control operasi minimumnya harus memiliki kriteria di bawah ini :
1.    Fungsi pengontrolan
2.    Posisi control
b.    Warna
Warna yang digunakan harus spesisfik. Sekali menggunakan warna, maka warna tersebut harus distandarkan. Mislanya, warna merah untuk kondisi darurat
c.    Lokasi dari kode merujuk pada lokasi control. Ukuran, bentuk dan tekstur dari kode membantu pengidentifikasian control tanpa perlu dilihat.

Control/ Rasio Respon
Konsep ini diterapkan pada control kontinyu, bukan pada control yang diposisikan dengan pengaturan diskrit. Ini merupakan rasio antara jarak dari control gerakan dengan gerakan sistem yang dicontrol. Untuk control dengan pergerakan yang berotasi, rasio dapat didefinisikan sebagai berikut :
C/R = 
Dimana, a adalah pergeseran control dalam derajat dan L adalah panjang dari lengan tuas control.

Jarak Control
Jarak dari control membantu meminimalkan aktivasi control secara tidak sengaja. Ini juga merupakan hal yang dipertimbangkan dalam pengelompokan control-control dalam suatu alat.

Pengamanan Control untuk Aktivasi yang Tidak Disengaja
Dalam beberapa situasi, control dapat teraktivasi secara tidak sengaja. Dalam suatu kasus seorang pekerja yang tidak sengaja menyentuh control yang menyebabkan pisau bergerak ke bawah dan dapat saja melukai lengannya sendiri. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk meminimalisasi ketidak sengajaan ini antara lain :
1.    Covering(pengkoveran)
Mengkover control merupakan langkah yang dapat ditempuh meskipun tidak efektif.
2.    Locking(Penguncian)
3.    Resistensi
Resistensi adalah fitur yang diinginkan dari control karena tingkat tertentu. Hal ini membantu untuk mengatasi kemungkinan aktivasi yang disengaja.
Beberapa tipe resistensi control :
a.    Resistensi elastis
Resistensi elastis menawarkan lebih banyak kekuatan kontra sebagai pemindahan control meningkat. Itu berlaku kekuatan untuk mengontrol posisi nol saat control dilepaskan.
b.    Gerakan resistensi
Dua elemen penyusun gesekan resistensi adalah statis dan gesekan geser.
Redaman Viskos Resistensi
Hal itu bervariasi secara langsung dengan control kecepatan dan tergantung pada perpindahan atau percepatan.
Resistensi Inersia
Resistensi inersia bervariasi secara langsung dengan control percepatan. Hal ini juga membantu operator untuk mengontrol pergerakan halus.
4.    Lokasi
Memisahkan antara control yang penting dan kurang penting.
5.    Recessing
Control dapat ditempatkan di permukaan tersembunyi untuk meminimalkan tonjolan permukaan lainnya.
6.    Orientasi
untuk mengontrol arah gerakan yang memungkinkan sedemikian rupa sehingga gerakan yang tidak disengaja paling mungkin terjadi ke arah itu.

Umpan Balik Pada Operasi Control
Pengoperasian control sebaiknya disertai adanya umpan balik yang bersifat peringatan kepada operator, jika pengoperasian control tersebut salah.

Kesesuaian
Secara ergonomis hal ini merujuk pada hubungan antara stimuli dan respon dari manusia. Sanders dan McCormick berpendapat bahwa tipe-tipe kesesuaian adalah :
1.     Spasial kompatibilitas
Dua elemen utama dari kompatibilitas spasial berlaku untuk menampilkan dan mengontrol perangkat dan kesamaan fisik penataan fisik di area kerja
2.     Kompatibilitas dari hubungan perpindahan.Tipe kedua meliputi hubungan antara control dan kompatibilitas gerakan untuk memindahkan elemen tampilan, menampilkan elemen tanpa gerakan-terkait, dan sistem gerak control dari respon yang terkait. Contohnya adalah kesesuaian dari control dengan pergerakan mesin. Control dirancang sehingga arah dari pergerakan control adalah sesuai atau cocok dengan pergerakan respon dari pengendalian mesin, suatu sarana (angkut), peralatan, komponen, atau aksesori.
3.     Kompabilitas Konseptual.
Kesesuaian jenis ini terkait dengan hubungan intrinsik antara item atau konsep. Contohnya adalah tengkorak dan tulang bersilang yang menunjukkan bahaya, titik nyala untuk meningkatkan unit pengisian lapangan, sinyal darurat berkabung, dan sebuah pesawat di peta, yang menunjukkan sebuah bandara.

Tampilan Keyboard
Elemen penting dari desain keyboard adalah susunan tombol pada papan. Pengaturan terbaik untuk mengoptimalkan kinerja penanganan data dengan perangkat tersebut. Beberapa telah mengembangkan skema pengaturan. Skema yang paling banyak digunakan di dunia barat adalah QWERTY, dieja dari enam tombol paling kiri pada baris atas dari susunan huruf. Namun susunan QWERTY ini masih memiliki kelemahan, antara lain :
1.    Tangan kiri sedikit kelebihan beban.
2.    Melewatkan baris adalah umum dalam urutan yang sering digunakan.
3.    Mengetik terlalu banyak dilakukan dengan menggunakan baris atas tombol.
4.    Beban di beberapa jari lebih besar dari yang lain.

Banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan tampilan QWERTY. Namun demikian tampilan DVORAK juga diterima oleh American National Standards Institute. Tampilan ini dikembangkan dengan berdasarkan beban yang ditumpu oleh tangan kanan lebih banyak dari beban pada tangan kiri. Yamada menyebutkan bahwa tampilan DVORAK lebih mudah dipelajari, lebih cepat digunakan dengan kesalahan yang lebih minim dari tampilan QWERTY.
Meskipun tampaknya DVORAK lebih unggul dari QWERTY namun masyarakat yang lebih sering  menggunakan QWERTY membuat DVORAK susah diterima pada kalangan masyarakat di negara-negara yang berbahasa Inggris.

Pengembangan teknologi perintah dengan suara
Desainer perangkat input suara untuk keperluan industri harus menyadari 20 pertanyaan dalam desain. Banyak dari mereka yang berhubungan dengan ergonomi dan bertujuan untuk meminimalkan frustrasi operator.
1.    Fungsi pada kebisingan pabrik
2.    Kuat terhadap pergeseran
3.    Beberapa encoding
4.    Buffers
5.    Pengeditan
6.    Multisensory Prompting
7.    Data entri jarak jauh
8.    Interupsi penyisihan (Interruption allowance)
9.    Umpan balik
10.Multi tasking
11.Kustomisasi
12.Redundant data entry
13.Pesan bantuan
14.Continuous Recognition
15.Gender independent recognition
16.Multiple host communication modes
17.User experience level
18.Control of valid vocabulary
19.Branching capability
20.Queueing of input data.

C. DISPLAY
 C.1. Pengertian Display
Display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya langsung kepada manusia dalam bentuk lambang atau tanda. Displaybertujuan untuk menampilkan informasi. Layar komputer merupakan display, tachometer pada mesin adalah display, halaman buku adalah display.
Persoalan yang sering terjadi adalah display yang tidak mengkomunikasikan keadaan secara langsung dan oleh karena itu kita perlu memikirkan bagaimana merancang suatu alat yang bisa menerjemahkan informasi sehingga mudah dimengerti manusia. Display harus dirancang dengan baik agar dapat menjalankan fungsinya untuk menyajikan informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya.
Manusia memperoleh informasi dari lingkungannya baik secara langsung (melihat ke jalan, mendengar bunyi) maupun secara tidak langsung. Pengindraan secara tidak langsung tersebut merupakan tipe yang relevan dengan penggunaan display. Dalam hal ini manusia menerima informasi yang tidak dapat dirasakan oleh mekanisme sensori. Contohnya, temperatur gas dalam tangki. Mata dan telinga tidak dapat mendeteksi. Namun pertambahan temperatur tersebut dapat dilihat pada display instrumen.
Konsep”Human Centered Design” sangat kuat dalam pembuatan display dan poster karena terkait dengan sifat-sifat manusia sebagai “penglihat dan pemaham isyarat”. Perancangan displayyang baik adalah apabila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.
Kajian ilmu ergonomi menitikberatkan perancangan display pada interaksi antara manusia dengan display, di mana fungsi utama display adalah untuk menyajikan informasi dengan format yang jelas (tidak bias) yang dapat dideteksi dengan jelas oleh manusia.


C.2. Kemampuan Signal untuk Terdeteksi
Fungsi utama dari display adalah menampilkan data yang benar dalam format yang dapat dimengerti oleh manusia. Kemampuan suatu display untuk terdeteksi merupakan kondisi dimana data yang awalnya tidak dapat terdeteksi dapat disadari dan dipahami oleh manusia.
Ciri-ciri display dan poster yang baik adalah:
1.    Dapat menyampaikan pesan
2.    Bentuk/gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
3.    Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
4.    Proporsi gambar dan huruf huruf memungkinkan untuk dapat dilihat/dibaca.
5.    Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.
6.    Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7.    Realistis sesuai dengan permasalahan.
8.    Tidak membosankan.

Legibility (Ke-mampu baca-an)
Legibility dapat tercapai dengan mengoptimalkan kontras antara karakter dan latar, penggunaan font yang mudah dilihat, minimasi kesalahan visual, opimasi dimensi karakter dengan sudut yang tepat dan sebagainya.

Readability (Kelayakan Baca)
Readabilityditentukan setelah legibility. Legibility dari data adalah persyaratan minimum yang harus dimiliki demi keefektifan display. Helander merumuskan beberapa faktor lain mengenai readability pada display seperti relevansi, lokasi, pemilihan kata maupun frase, kejelasan, kesederhanaan.


Kondisi-kondisi yang dapat membuat signal lebih mudah terdeteksi adalah :
1.     Meningkatkan durasi dari signal.
Patterson menunjukkan bahwa durasi minimum signal untuk suatu peringatan seharusnya berkisar  antara 100 ms dengan peningkatan 25 ms atau penurunan 25 ms. Munson menemukan bahwa signal yang dapat terdeteksi haruslah berkisar antara 200 ms- 300 ms.
2.    Menambah rasio signal
Deatherage menyebutkan bahwa intensitas signal yang dapat terdeteksi adalah 110dB.
3.    Tampilan data yang multichannel
Untuk meningkatkan kemampuan display untuk dapat lebih mudah terdeteksi maka informasi yang multichannel (visual, audio, gerakan) dapat ditambahkan.
4.     Pemantauan data yang multichannel
Tampilan gambar akan lebih efektif apabila ditambahkan dengan suara dan sebagainya.
5.     Rata-rata tampilan signal yang optimal (tidak terlalu cepat maupun tidak terlalu lambat)


C.3. Jenis- jenis Display
Display didefinisikan sebagai alat yang menyajikan informasi tentang lingkungan yang dikomunikasikan dalam bentuk tanda-tanda atau lambang-lambang. Displaymenampilkan data pada user yang kemudian diubah menjadi informasi. Data dapat saja berupa data statik ataupun data dinamik. Display statis adalah display yang memberikan informasi tanpa dipengaruhi oleh variabel waktu, misalnya peta, papan pengumuman atau tampilan pada mesin manual. Sedangkan display dinamis adalah display yang dipengaruhi oleh variabel waktu, misalnya speedometer yang memberikan informasi kecepatan kendaraan bermotor dalam setiap kondisi, ataualat penunjuk temperatur.



Display Kuantitatif
Display kuantitatif menampilkan informasi kuantitatif pada variabel yang berubah atau pada variabel statis.
Terdapat tiga jenis display kuantitatif yaitu :
1.    Display digital
2.    Skala berubah, indikator tetap
3.    Indikator berubah, skala tetap

Grether dan Baker menyebutkan bahwa skala kurang efisien digunakan untuk menampilkan informasi kuantitatif. Di lain sisi, untuk deviasi relatif dari nilai tertentu, kombinasi penunjukan skala lebih baik jika digunakan. Sinclair, setelah menelaah literatur menyimpulkan bahwa secara umum, display analog dengan penunjukan yang berubah dan skala tetap jauh lebih baik dibanding display dengan penunjuk tetap dan skala yang berubah.

Desain Skala
Desain skala merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan. Desain skala itu sendiri menyangkut desain penunjuk, progress angka, ukuran dan sebagainya.
1.    Progress angka
Angka 1, 10 dan 5 merupakan angka-angka yang mudah untuk diingat. Menggunakan angka desimal pada skala sama sekali tidak dianjurkan. Interval 4,3 dan 6 merupakan progress angka yang buruk dan sama sekali tidak dianjurkan untuk digunakan.
2.    Desain Penunjuk
Yang harus diperhatikan disini adalah jarak antara skala dan penunjuk. Penunjuk harus memiliki sudut paling tidak 20o. Penggunaan warna yang seragam pada penunjuk juga disarankan.
3.    Tanda Skala
Biasanya, jika angka yang akan dita,pilkan sangat banyak penggunaan penunjuk tetap dengan skala yang berpindah dapat dipertimbangkan. Tanda skala ini haruslah tertata rapi dan tidak saling tumpang tindih.
4.    Panjang Skala
Parameter ini ditentukan oleh kisaran dari variabel.
5.    Ukuran Tanda Skala
Ukuran yang direkomendasikan oleh Figure adalah 71 cm (28 in)

Display Alphanumeric (Huruf dan Angka)
1.    Tinggi karakter.
Peter dan Adams merekomendasikan hubungan antara tinggi karakter dan variabel seperti di bawah ini :

H (Tinggi Karakter, cm) = 0.000866D + K1 + K2
H (Tinggi Karakter, in)   = 0.0022D+ K1 + K2

Dimana,
D         = Jarak pandang dalam cm (in)
K1          = Faktor koreksi dari penerangan dan kondisi
K2        = Faktor koreksi untuk tingkat kepentingan dari display

2.    Orientasi Karakter
Orientasi huruf maupun angka harus dalam posisi yang tepat.
3.    Rasio lebar/ tinggi karakter
Untuk angka perbandingannya adalah 3:5, sedangkan untuk huruf kapital perbandingannya adalah antara 1:1 dan 3:5.
4.    Rasio aturan lebar/tinggi.
Ini merupakan perbandingan ketebalan pada tinggi karakter. Untuk karakter yang berwarna hitam pada latar putih rasio lebar / tinggi berkisar antara 1:6 hingga 1:8. Berger menyarankan untuk karakter putih pada latar hitam, kisaranrasio lebar / tingginya adalah 1:8 hingga 1:10.

Display Kualitatif
Biasanya variabel pada jenis display ini berubah-ubah. Contohnya adalah temperatur pada mesin produksi. Operator hanya mengambil tindakan apabila temperatur menunjukkan nilai tertentu. Contohnya, display menunjukkan 3 kondisi temperatur : dingin, hangat dan panas. Jika hendak menggunakan display kualitatif, maka penggunaan penunjuk yang berubah dengan skala tetap adalah yang terbaik.
Sekumpulan display kualitatif dikenal dengan sebutan status indikator. Unit-unit ini memperlihatkan 2 status informasi yang harus diperhatikan pada sebuah sistem, mislanya “go/no go”, “on/off”, “working/idle” dan “normal/abnormal”. Kondisi tersebut dapat saja ditandai dengan lampu peringatan. Desain ergonomis dari suatu display haruslah dapat menampilkan informasi yang mudah dipahami dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Parameter yang dipertimbangkan dalam mendesain lampu peringatan adalah :
1.    Warna
Warna yang dianjurkan adalah merah, hijau, kuning dan putih.
2.    Flash Rate (Rata-rata kedipan)
Kedipan lampu merupakan cara yang efektif untuk menarik respon dari operator. Kedipan lampu optimal yang dianjurkan adalah 4 kedipan per detik.
3.    Brightness (Kecermelangan)
4.    Tampilan Multichannel
Dalam kondisi yang darurat, penambahan signal visual dapat dipertimbangkan.
5.    Kontras dengan latar.


Display Simbolik
Simbol dapat saja merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan informasi pada user. Keuntungan dari penggunaan simbol adalah mudah dipahami oleh orang-orang dari berbagai negara. Simbol sangat populer digunakan untuk menyampaikan peringatan dan dihunakan secara luas pada rambu-rambu lalu lintas maupun fasilitas publik.
Setiap simbol yang digunakan harus disetujui oleh ISO (International Standards Organization) dan harus diujicobakan terlebih dahulu di 6 negara.
Simbol adalah gambar2 sederhana dari suatu object yang mengandung suatu maksud tertentu.

           
Gambar 7.1. Contoh Display Simbolik


Desain Display Elektronik
Sekarang ini banyak simbol-simbol elektronik yang mulai diperkenalkan, misalnya LEDs (Light-emitting diode), dot matrix character generators, maupun liquid crystal.
Beberap saran pada desain elektronik antara lain :
1.    Gunakan dot matrix character 7x7 atau 7x9
2.    Garis yang menjelaskan karakter haruslah tajam, tidak berantakan dan mengunakan pencahayaan warna yang seimbang.
3.    Untuk data yang berubah, penggunaan gambar jangan sampai membingungkan dan kabur.
4.    Gunakan karakter vertikal.
5.    Jarak titik antara 0.4 dan 0.6 mm (0.0157 hingga 0.0236 in)
6.    Jarak antar karakter antara 1.1 hingga 1.4 kali lebar karakter.
7.    Minimasi refleksi pada layar.
8.    Gunakan kontras pada latar.

Karakteristik VDT yang direkomendasikan:
·         Resolusi terbaik adalah antara 9 – 10 scan lines per karakter
·         Pilihlah suatu karakter warna di tengah-tengah diagram chromaticity. Warna oranye dan hijau cukup direkomendasikan
·         Luminance dari layar monitor harus lebih besar dari 25 ml
·         Jarak pandang terbaik adalah 71 cm
·         Tinggi karakter minimum adalah 4,6 mm
·         Rasio lebar dan tinggi karakter harus antara 0,7 dan 0,8
·         Kontras minimum dengan latar yang direkomendasikan adalah 88%


DisplayAuditori
Display auditori digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk suara. Beberapa contoh display auditori adalah klakson, bel, alarm dan sirine.
Beberapa pertimbanan dalam pembuatan display auditori antara lain :
1.    Peringatan bahaya haruslah memiliki pola dan tempo yang berbeda secara nyata satu sama lain.
2.    Peringatan bahaya dapat saja berupa suara.
3.    Frekuensi antara 150 – 1000Hz
4.    Memiliki frekuensi yang harmoni.
5.    menggunkan signal modulat (1-3 kali / detik) atau bunti “beep” (1-8 kali/detik)


Speech Intelligibility
Saat ini, kebanyakan display auditori juga menyajikan output berupa suara untuk memberi peringatan lebih pada operator. Speech intelligibility merupakan kemampuan untuk menangkap suara peringatan yang dimaksud secara jelas dan benar.
Suara yang ditangkap sehari-hari memiliki spektrum antara 100 hingga 8000Hz. Frekuensi vokal berkisar 800, 2200, 3000 dan 4200 Hz. Terdapat hubungan yang rumit antara konsonan phoenemes dan pola spectrographic terkait.
Variabel-variabel terkait yang dapat dijadikan parameter untuk menrancang display berupa suara ini adalah kesamaan dengan pesan yang hendak disampaikan, peningkatan rasio, kemampuan didengar oleh kedua telinga, penggunaan kalimat yang mudah dimengerti.

Display Taktual
Display taktual digunakan untuk alat peringatan dan digunakan secara ekstensif oleh tuna netra. Getaran mekanik, energi panas dan impuls elektrik dapat digunakan sebagai bentuk display taktual. Jika menggunakan getaran mekanis maka amplitudo yang digunakan berkisar antara 0.0004cm (0.00016 inchi). Tidak dianjurkan untuk menggunakan tekanan yang kontinyu pada indra peraba. Voltage antara10 mA sampai 12 mA cukup dapat digunakan untuk menarik perhatian tanpa menimbulkan ketidaknyamanan bagi pekerja.
Menurut Galer (1989), Display dan Informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe, yaitu (1) Display Kualitatif, (2) Display Kuantitatif, dan (3) Display Representatif.  Untuk jenis Display Kualitatif merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik.  Contoh display kualitatif misalnya informasi  atau tanda  ON, OFF  pada generator,  DINGIN, NORMAL, PANAS  pada pembacaan temperatur,  BELL dan BUZZER untuk menunjukkan informasi kehadiran, lampu kelap-kelip dan sirine sebagai tanda peringatan (Warning devices).  Jenis Display Kuantitatif memperlihatkan informasi numerik dan biasanya disajikan dalam bentuk Digital ataupun Analog untuk suatu Visual Display. Untuk Display  Representatif, biasanya berupa sebuah “working model” atau “mimic diagram” dari suatu mesin. Salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.


C.4. Beberapa Hasil Penelitian dalam Perancangan Display
·         Display dalam bentuk skala kurang efektif dalam menampilkan informasi kuantitatif, dibandingkan dengan display dalam bentuk counter (Grether & Baker)
·         Display analog dengan jarum penunjuk yang bergerak lebih baik dibanding dengan jarum penunjuk yang tetap dan skala yang bergerak (Sinclair)
·         Diurutkan dari yang terbaik; interval pada penunjuk skala yang paling memudahkan pengguna adalah interval dalam satuan, interval sepuluh, dan interval lima
·         Diurutkan dari yang terburuk; interval pada penunjuk skala yang paling menyulitkan pengguna adalah interval empat, interval tiga, dan interval enam
·         Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna.  Indera mata sangat sensitif terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi terang dan gelap. Dalam Visual Display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna.  Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada matanya. 
·         Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula warna kuning dan biru (Galer, 1989).  Sedangkan menurut Bridger,R.S (1995) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display. Kelebihannya antara lain: memberi tanda  untuk data-data yang spesifik, informasi dapat lebih cepat diterima, dan dapat  terlihat lebih natural.  Sedangkan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display diantaranya: dapat menyebabkan “fatique”, membingungkan dan mungkin dapat memberikan reaksi yang salah, dan tidak bermanfaat bagi orang yang buta warna.

Beberapa parameter disain yang direkomendasikan untuk lampu tanda bahaya:
·         Gunakan pengkodean warna
·         Gunakan flashing light, di mana flashing rate yang optimum adalah 4 per detik
·         Brightness
·         Tampilkan dengan multichannel
·         Buat kontras dengan latar

Beberapa parameter disain yang direkomendasikan untuk sinyal tanda bahaya:
·         Bunyi dari sinyal tanda bahaya harus memiliki pola tertentu
·         Menggunakan sinyal yang termodulasi ( 1 – 3 kali / detik) atau beep sounds (1 – 8 beep / detik)
·         Sinyal tanda bahaya dapat diperkuat dengan suara
·         Frekuensi sinyal dijaga antara 150 – 1000 Hz
·         Jika jarak ke target pendengar cukup jauh (lebih dari 330 m atau 1000 ft), gunakan intensitas tinggi dan frekuensi di bawah 1000 Hz
·         Jika terdapat penghalang antara sumber sinyal tanda bahaya dengan target pendengar, gunakan frekuensi di bawah 500 Hz

C.5. Label

Label berisi peringatan untuk hal-hal yang tidak boleh atau harus dilakukan atas produk tersebut. Ada juga yang berisi peringatan bahaya, agar pengguna produk tersebut berhati-hati. Biasanya, semua perangkat atau alat harus aman di gunakan. Namun kenyataannya tidak, disebabkan pengguna alat tidak mengenal betul alat yg digunakan dan tidak memperhatikan peringatan pada alat tersebut sehingga menyebabkan pengguna ini salah menngunakan alat tersebut dan berakibat kecelakaan pada pengguna.
Pelabelan harus dilakukan supaya tersedia informasi nyang akurat dari suatu produk.
Label dan peringatanlabel peringatan bisa berisikan test, gambar, grafik atau kombinasi dari ketiganya.Hal-hal yg harus diperhatikan dalam pelabelan:
1. Orientasi
2. Lokasi
3. Standarisasi
4. Fungsi peralatan
5. Penyingkatan kata
6. Brevity
7. familiarity
8. visibility and legibility
9. huruf dan ukurannya


D. EVALUASI
1.    Jelaskan pengertian dari control
2.    Sebutkan ciri-ciri tindakan control menurut Sanders dan McCormick!
3.    Mengapa control perlu dirancang dengan baik?
4.    Jelaskan prinsip pengaturan dan pengelompokan dari control!
5.    Apa manfaat dari control / rasio respon?
6.    Jelaskan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi ketidaksengajaan aktivasi control!
7.    Apa yang disebut dengan resistensi?
8.    Jelaskan tipe-tipe kesesuaian menurut Sanders dan McCormick!
9.    Apa saja kelemahan keyboard system QWERTY menurut penelitian terdahulu?
10.Jelaskan pengertian tentang display!
11.Jelaskan titik berat kajian ilmu ergonomic pada perancangan display!
12.Jelaskan ciri-ciri display yang baik!
13.Jelaskan kondisi-kondisi yang dapat membuat signal menjadi lebih mudah terdeteksi!
14.Jelaskan jenis-jenis display beserta contohnya masing-masing!
apa yang disebut dengan speech intelligibility!
15.Apa yang disebut dengan display tactual?
16.Jelaskan prinsip-prinsip dari perancangan display tactual!
17.Display apakah yang paling efektif dalam menampilkan informasi kuantitatif, menurut Gether dan Baker?
18.Display analog yang bagaimanakah yang lebih baik, menurut Sinclair?
19. Bagaimana usulan anda tentang perancangan display tanda keadaan darurat pada suatu lantai produksi dengan kondisi penerangan yang redup? Warna apa yang sebaiknya digunakan??


E. DAFTAR PUSTAKA

Mc.Cormick,ErnestJ.;HumanFactorsinEngineeringandDesign,McGraw-Hill, Inc.; 1992, New York, USA.
Niebel, B.W. and Freivalds, A.; Methods, Standards and Work Design, 9th Ed.; Mc-Graw Hill, New York, 1999.
Groover, Mikell P. Fundamentals of Modern Manufacturing, John Willey&Sons, 2002, New York, USA.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar