Welcome to My Blog :D

Senin, 06 Agustus 2012

Beasiswa Oh Beasiswa


Nama ku Risti Pratiwi alias Tiwi, tapi nggak banyak yang mengenalku dengan nama itu. Palingan yang tahu nama itu hanya teman-teman sekelas ku atau teman-teman dekatku yang menganggap diriku sahabat mereka. Aku lebih terkenal dengan nama mini. Nama itu melekat sejak masih berstatus mahasiswa baru, diberi oleh senior sejurusanku karena tubuh ku yang kecil.
          Aku kuliah di salah satu universitas yang nggak tenar-tenar amat, dimana kaum wanita merupakan kaum minoritas. Menjadi kaum minoritas ternyata nggak jelek-jelek amat, hampir semua akan mudah bagimu karena kaum mayoritas atau para lelaki tidak akan meninggalkan mu dalam keadaan susah, segalanya akan terasa mudah karena wanita menjadi langkah dan sangat dibutuhkan katanya.
          Tidak seperti hari-hari sebelumnya, kampus hari ini ramai dan sesak dengan mahasiswa yang hilir mudik tidak jelas kepentingannya di depan kantor jurusan. Seolah melihat ada pembagian raskin di kampus pikirku, saat hampir seluruh mahasiswa bergerombol tepat di depan kantor jurusan. Bedanya kalau raskin kebanyakan akan membawa kantongan plastik dan sejenisnya sementara mahasiswa-mahasiswa ini membawa map di tangannya.
          “apa diurus ini kah?” tanya ku ke Nanda salah seorang mahasiswa yang juga berada diantara gerombolan mahasiswa itu.
          “beasiswa, tidak urus ko?” jawabnya “kukira tinggi ji jg IPK mu”
          “beasiswa apa?”
          “update ki ibu, beasiswa dari diknas” kata Nanda “duluan ka nah, mauka minta tanda tangannya ketua jurusan” lanjutnya seraya meninggalkan ku
          Ternyata mahasiswa-mahasiswa ini sedang berlomba-lomba mengurus beaiswa diknas yang kalau dapat lumayan buat tambahan uang jajan atau kalau kamu termasuk anak yang berbakti ke orang tua, beasiswa ini cukup buat biaya kuliah mu selama dua semester di kampus ku.
          Aku, yang juga tidak mau ketinggalan kesempatan mendapat uang Cuma-Cuma, mulai mencari tahu pensyaratan dan apa-apa yang diperlukan untuk mendapatkan beasiswa. Karena punya link di jurusan dengan mudah info ku dapatkan dan mulai melengkapi berkas dan tentunya dengan bantuan orang dalam. Hanya butuh waktu sekitar satu jam berkas ku lengkap dan segera kumasukkan ke kantor jurusan dan lebih cepat dibandingkan temanku yang sejak tadi mengurus, Nanda.
          Ternyata, bahkan dalam lingkup kecil pun KKN masih saja terjadi mau ataupun tidak mau. Seperti diriku yang lebih mudah mengurus segala sesuatu di Jurusan karena kebetulan Paman ku bekerja sebagai salah seorang staf dan mendapatkan perlakuan yang lebih istimewadari mahasiswa lain di kampus. Karena nya tak heran kalau teman-teman iri dengan ku, untungnya diriku tidak sombong dan supel dengan orang kampus jadi sedikit banyak mereka tidak begitu mempermasalahkan perlakuan istimewa terhadapku.
“Urus ko juga?” tanya seorang mahasiswa yang juga teman sekelasku Indra
“iyah, kenapa memang?” jawabku
“tidak dapat meki lagi sedeng, jatahnya untuk 3 orang ji!”
“trus?”jawabannya membuatku bingung
“iya, anak staf ada tiga orang. Semuanya urus beasiswa. Pastimi dapat, kamu jg”
“sorry nah, ndg diuruskan ka saya. Urus sendiri bro”
“biar itu tapi kalo dilihat namamu di berkas pasti dikasikan ko!”
Jengkel mendengar pernyataannya saya pergi meninggalkan gerombolan tersebut.
Memang benar ada banyak ketidakadilan yang terjadi dikampus, perbedaan antara yang berkuasa dan yang tidak sangat jelas. Satu hal mungkin yang bisa membuat dirimu yang orang biasa menjadi wah dimata birokrasi adalah saat menjadi yang terpintar diantara semuanya atau eksis sebagai aktivis mahasiswa atau menjadi orang yang paling bermasalah dengan birokrasi.
Apa yang kukatakan di atas terbukti, sebulan setelah mengurus beasiswa seperti kata Indra yang pasti lolos itu hanya anak staf dan tebakannya tepat. Saya, dan dua anak lainnya yang juga punya link lolos mendapatkan beasiswa itu. Saya hanya bisa menyembunyikan dari teman-teman yang didukung oleh penguman yang bersifat rahasia pula karena didasari rasa tidak nyaman dengan teman-teman yang bersusah payah mengurus.
Entahlah, memang menyenangkan mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan mudah dan tak perlu bersusah payah meskipun berada pada posisi sebagai pelaku ketidakadilan meski tidak secara langsung tetapi ada sesuatu yang mengganjal saat apa yang kita lakukan tidak sesuai atau sebanding dengan pengorbanan. Bagi seseorang yang selalunya bersenang-senang, tak jadi masalah bagaimana cara memperolehnya yang penting saya dapat, tapi tidak kah seharusnya kita memikirkan bahwa ada yang lebih berhak dengan apa yang kita peroleh. Ataukah tidak kah kita berpikir bahwa apa yang diperoleh saat ini adalah hak orang lain yang berarti kita sama saja dnegan mencuri, apa bedanya kita dengan koruptor?. Keadaan seperti ini yang membuat ku seolah-olah bersenang-senang diatas penderitaan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar